Selasa, 18 April 2017

tugas 2

logoterapi

Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna ataumeaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapyyang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup. Istilah tema utamalogoterapi adalah karakteristik eksistensi manusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Dibawah ini akan di jelaskan lebih detail.

1.        Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku/ kepribadian

Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat  manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni
Kebebasan berkehendak (Freedom of Will)
Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
·                     Kebebasan yang bertanggungjawab.
·                     Kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-
        kondisi tersebut.
·                     Kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam
        hidupnya.

Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Dalam psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang bermakna, maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.

Makna Hidup (The Meaning Of Life)
Makna yaitu suatu hal yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting secara umum bukan makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada suatu saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).

2.       unsur terapi  

a. Munculnya gangguan logoterapi biasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stres Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderungmenyalahkan diri sendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
b.Tujuan terapi
Tujuan dari logoterapi adalah memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras,keyakinan dan agama. 2. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan. 3. Memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c. Peran terapis, peranan dan kegiatan terapis menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis yaitu menjaga hubungan akrab dan pemisahan ilmiah, mengendalikan filsafat pribadi, terapis bukan guru, memberi makna lagi pada hidup, memberi makna lagi pada penderitaan, menekankan maknakerja dan menekankan makna cinta.
3.      Teknik-teknik Terapi
Dalam logoterapi, klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup tidak lagi kosong jika sudah menemukan sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita. Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
-        Intensi paradoksal
Mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Contohnya: 
A.  Seorang pemuda yang selalu gugup ketika bergaul.
            B.  Masalah tidur. 
                        Menurut Frankl, kalau menderita insomnia, seharusnya tidak mencoba 
                  berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan 
                  sebagainya. Seharusnya berusaha menjaganya selama mungkin. Setelah 
                  itu baru merasakan adanya kekuatan yang mendorong untuk melangkah ke
                  kasur.
-        De-refleksi.
Frankl percaya sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terfokus pada individu. Dengan mengalihkan perhatian dari individu dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan tanpa memperdulikan kepuasan individu atau cobalah tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan.

Rational emotive therapy
Menurut Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” terapi rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan dimensi- dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
Selain itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, terapi rasional emotif merupakan terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak rasional dan me nggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas keyakina-keyakinan yang irasional.

1.        Konsep dasar
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu
Antecedent event (A),
Merupakan segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.

Belief  (B)
Berupa keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan ada dua macam, yaitu
-        Keyakinan yang rasional (rational belief atau rB)
Merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.
-        Keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.

Emotional consequence (C)
Merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

2.      Unsur-unsur terapi

Munculnya masalah/gangguan
Dalam pendekatan konseling rasional emotif, tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
-        Tidak dapat dibuktikan
-      Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
-        Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang 
      efektif


Tujuan terapi
Tujuan terapi ini menurut Ellis, membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih “realistik” yang berarti menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. Sedangkan menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
-       Memperbaiki dan mengubah segala perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
-       Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
-       Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.

Peran terapis
Membantu klien mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.

3.      Teknik-teknik terapi

Dalam terapi ini menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik-tekniknya sebagai berikut :
Teknik emotif (afektif)
Teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1.     Teknik Assertive Training
Untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
2.     Teknik sosiodrama
Untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
3.     Teknik self modeling atau diri sebagai model
Untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4.     Teknik imitas
Digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

Teknik behavioristik
Banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1.     Teknik reinforcement / penguatan
Untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
2.     Teknik social modeling/ penguatan modeling
Untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
3.     Teknik live models/ model dari kehidupan nyata
Untukmenggambarkan perilaku tertentu.

Teknik-teknik kognitif
Teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien antara lain:
1.     Home work assigments (pemberian tugas rumah)
Untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
2.     Teknik Assertive
Untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
3.     Bibliotherapy,
Untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri klien yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Terapismemilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
4.     Tahap Pengajaran
Dalam REBT, terapis mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan terapis untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
5.     Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang dikemukakan tidak benar. Dan terapis juga meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
6.     Tahap Konfrontasi
Terapis mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.

 Terapi kelompok

1. Konsep Dasar: Pandangan terapi kelompok tentang kepribadian
    
       Terapi kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem yang berbeda-beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani suatu pemecahan masalah
2. Unsur-unsur terapi: munculnya gangguan, tujuan terapi, dan peran terapis.

a.Munculnya gangguan
Terapi kelompok digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapiindividu.
b.Tujuan terapi
-Meningkatkan identitas diri
-Menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
-Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
-Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
 c.Peran terapis
Terapis harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.
3. Teknik-teknik terapi
- Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif
- Terapis turut membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang dialaminya.
- Berfokus pada satu topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.

Terapi perilaku
1.      Konsep Terapi Perilaku
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias,dengan memakai tehnik yang didesain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Pada tahun 1920, Watson dkk melakukan percobaan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut yang merupakan cikal bakal terapi perilaku formal.  Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan  memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bel sama dengan makanan, yang kemudian dikenal juga dengan istilah “stimulus” dan “respon”.
Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu, termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Di Amerika Serikat Skinner dkk. menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien.
Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.
Terapis behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian utama dari para terapis sebagai kriteria pengukuran keberhasilan terapi. Manusia menurut pandangan ini bukan hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses terapi merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat me mecahkan masalahnya. Terdapat beberapa teori dasar mengenai metode terapi perilaku, yaitu :
a.       Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned).
b.      Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dengan penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning).
c.       Untuk menguatkan perilaku adalah dengan pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning).
2. Unsur terapi
Menurut Corey (2009), tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap perilaku adalah dapat dipelajari (learned), termasuk perilaku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi perilaku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari. Berkaitan dengan penjelasan diatas secara sederhana tujuan dari terapi perilaku adalah : 
a.       Meningkatkan perilaku, yaitu reinforcement positif (memberi penghargaan terhadap perilaku) dan reinforcement negatif (mengurangi stimulus aversi)
b.      Mengurangi perilaku, yaitu punishment (memberi stimulus aversi), respons cost (menghilangkan atau menarik reinforcement), dan extinction (menahan reinforcerment)
Sedangkan, menurut Latipun (2001) tujuan terapi perilaku adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku somatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang, atau mengalami konflik dengan lingkungan sosial.
      3. Teknik Terapi Perilaku
a.       Operant Conditioning
Tingkah laku operan menjadi ciri organisme yang aktif yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat, merupakan tingkah laku yang paling berarti dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, membaca, berbicara, berpakaian, makan, bermain). Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang tinggi.
Prinsip perkuatan yang menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola-pola tingkah laku merupakan inti dari pengkondisian operan. Terdapat dua jenis reinforcement, yaitu:
1)      Positive Reinforcement
Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul, merupakan suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. Biasanya suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
a)      Memilih perilaku yang akan ditingkatkan
Perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten 
b)      Memilih reinforcer
Berbeda individu, kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforcer yang merupakan reinforcer bagi semua orang. Terdapat lima macam reinforcer yaitu :
§  Consumable reinforcer – makanan, minuman
§  Activity reinforcer –hobi, olahraga, belanja
§  Manipulative reinforcer – bersepeda, menggunakan internet
§  Possesional reinforcer – gelas kesayangan, baju favorit
§  Social reinforcer – pujian, pelukan, senyum
2)      Negative Reinforcement
Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll)
Sumber :
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Gerald, Corey. (2007). Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditam. 
Hayat, Abdul. (2010). Teori dan Teknik Pendekatan Konseling. Banjarmasin: Lanting Media Aksara. 
Surya, M. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: C.V. Pustaka  Bani Quraisy.
Suhesti. (2012). Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
W.S. Winkel. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramed


Tidak ada komentar:

Posting Komentar